Self love

Apakah ini quarter-life crisis?

Beberapa bulan yang lalu saya merasa ada yang salah dengan diri saya. Semua berawal ketika saya mempunyai tujuan yang jelas dan secara tiba-tiba semua berubah menjadi kabur. Saya merasa kehilangan arah, ragu dengan kemampuan saya, semua yang telah saya lakukan tidak menunjukkan hasil apapun, dan saya mulai cemas dengan masa depan saya. Saya melihat banyak orang di media sosial yang sukses menjalani kehidupan mereka, hingga akhirnya membuat saya merasa semakin cemas. Saya sadar jika saya tidak melakukan perubahan saya akan berakhir dengan penyesalan. Sebagai langkah awal saya memutuskan untuk berhenti sejenak dari aktivitas media sosial dan saya mulai mengeksplorasi hal baru. Banyak hal yang saya lakukan dan saya pelajari. Namun, hal buruk kembali terjadi ketika saya terlalu menuntut diri untuk dapat melakukan semua hal dengan baik. Saya seringkali merasa sangat lelah, kemudian memutuskan untuk beristirahat, kembali berusaha, dan tidak jarang juga saya menyerah dengan keadaan. Hal ini berjalan dalam waktu yang cukup lama dan banyak kesempatan yang telah saya lewatkan. Meskipun demikian, saya tetap yakin bahwa dengan melungkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri, saya akan lebih mudah berdamai dengan permasalahan yang saya hadapi. And finally, here i am. Setelah berbincang dengan diri sendiri, menyadari keinginan dan kebutuhan diri, menerima perasaan diri, dan meyakinkan diri bahwa “i’ve my own way! I just have to do my best and love what i do” akhirnya saya berhasil berdiri tegak kembali dan melanjutkan perjalanan hidup saya.

Success is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it. – Maya Angelou

Teman-teman yang sedang berada dalam rentang usia 20 hingga 30 tahun yang sering kali mengalami hal serupa, mungkin yang kalian alami adalah apa yang disebut dengan quarter-life crisis. Quarter-life crisis adalah keadaan dimana seseorang merasa khawatir, tidak punya arah, cemas, dan bingung akan ketidakpastian masa depan. Saat ini, pembahasan mengenai quarter-life crisis dapat dengan mudah kita temui dalam berbagai media. Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membahas quarter-life crisis melalui sudut pandang yang berbeda yaitu berdasarkan pendapat Jaffrey Arnett, seorang pencetus teori emerging adulthood (perkembangan manusia dari usia 18-29 tahun). Jeffrey Arnett menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik individu yang sedang beranjak dewasa yaitu adanya eksplorasi identitas, ketidakstabilan, self focus, dan feeling in between.

Usia dewasa awal adalah masa dimana individu memiliki peluang untuk merubah kehidupannya. Apa yang kita lakukan hari ini menentukan menjadi seperti apa kita beberapa tahun kedepan. Seseorang yang sedang memasuki masa dewasa seringkali mengalami perdebatan antara pikiran dan perasaan. Memiliki lebih banyak krisis yang menjadi tanggung jawab dan sering kali membuat seseorang merasa bingung dengan diri sendiri. Beberapa mungkin sudah berhasil menemukan jati diri, namun beberapa yang lain masih berusaha untuk menemukannya. Sebagai bentuk usaha menemukan jati diri seseorang seringkali melakukan berbagai macam upaya salah satunya adalah dengan mengeksplorasi banyak hal.

Keinginan eksplorasi muncul sebagai akibat adanya faktor dari dalam diri dan juga akibat adanya rangsangan dari faktor eksternal seperti lingkungan. Ketika seseorang melihat orang lain pada usia yang sama namun mereka lebih sukses dalam satu bidang tertentu, maka ia akan terpacu untuk mencoba bidang yang sama. Motivasi dari dalam diri biasanya muncul akibat adanya pertanyaan dari dalam diri “apa yang sudah saya lakukan sejauh ini? apa yang bisa saya lakukan?”. Dengan demikian, individu akan terpacu untuk mencari tau apa yang sesuai dengan dirinya.

Selain eksplorasi karier, seseorang juga cenderung mengeksplorasi hubungan dengan lawan jenis. Umumnya, dalam hal ini mereka beranggapan bahwa ketika mereka mengeksplorasi hubungan lawan jenis saat ini, mereka akan merasa lebih mampu memahami karakteristik lawan jenis yang cocok dengan diri mereka untuk bekal kehidupan dimasa yang akan datang.

Eksplorasi banyak hal yang tidak disertai sikap bijak akan memunculkan ketidakstabilan  dan kebingungan. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan satu dan lainnya. Bingung untuk menentukan mana pilihan yang tepat dan tidak jarang hal ini akan berakhir dengan munculnya kecemasan. Pada masa ini individu memiliki keinginan untuk melakukan banyak pekerjaan dan merasa bisa melakukan semua pekerjaan tanpa mempedulikan bagaimana sesungguhnya kemampuan yang ia miliki. Dorongan dari keluarga dan lingkungan sekitar turut serta dalam munculnya kebingungan pada diri seseorang.

Seseorang pada usia dewasa awal umumnya berpikir bahwa mereka pantas mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikannya, namun disisi lain fakta menunjukkan bahwa banyak orang mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang pendidikannya. Hal ini  membuat seseorang merasa bimbang kemana ia harus menentukan arah. Merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan. Ada harapan besar dari orang tua yang tidak ingin dihancurkan dan ada keinginan untuk memenuhi idealisme diri. Terlebih untuk perempuan, pasti akan banyak tuntutan untuk segera melangsungkan pernikahan. Banyak hal yang dapat memicu munculnya kebingungan, mulai dari adanya keinginan untuk memenuhi ekspektasi orang lain, keinginan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan idealisme diri, ataupun adanya pilihan untuk menyerah dan menjalani kehidupan apa adanya.

Berbagai keinginan, keraguan, dan kebingungan yang dimiliki oleh seseorang menjadikan mereka cenderung terfokus pada diri sendiri atau yang disebut dengan “self focus”. Banyak waktu mereka gunakan untuk merenungkan dan kembali mengeksplorasi berbagai hal baru. Terus berpikir tentang apa yang harus ia lakukan saat ini, besok, ataupun lusa dan hal baru apa yang ingin ia coba membuatnya larut dalam kehidupannya sendiri. Namun, ketika ia tidak kunjung menemukan apa yang sebenarnya ia inginkan dan tuntutan dari lingkungan yang semakin besar, hal ini mengakibatkan munculnya perasaan tertekan. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan berakhir dengan menghakimi diri sendiri. Hingga akhirnya muncul perasaan tidak berdaya dan tidak berguna.

Fokus pada diri sendiri membuat seseorang percaya bahwa ia bertanggungjawab penuh atas kehidupannya dan memiliki otonomi penuh atas pilihan hidupnya. Namun, bayang-bayang keraguan dan harapan yang tidak ingin dihancurkan membuatnya harus berpikir berulang kali atas pilihan yang akan ia ambil dalam hidup.

Poin terakhir yang dibahas oleh jeffrey arnet adalah feeling in between. Seseorang cenderung merasa berada di tengah-tengah. Terkadang merasa bahwa dirinya sepenuhnya dewasa dan berpengalaman sehingga mampu menerima tanggung jawab dan mengambil keputusan dengan baik. Namun,  terkadang juga merasa bahwa dirinya masih remaja. Pada saat dihadapkan dengan situasi yang cukup berat, seseorang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dan berusaha mengatasi hal tersebut sebaik mungkin. Ketika dihadapkan pada pilihan yang penting, ia akan berpikir berulang-kali sebelum mengambil keputusan. Apa yang ia lakukan adalah apa yang selayaknya dilakukan oleh orang dewasa. Namun, pada situasi tertentu sikap remaja masih bisa muncul dalam diri seseorang. Misalnya, dalam situasi yang emosional seseorang tiba-tiba merasa ragu dengan pilihannya dan kemudian mengganti dengan pilihan yang lain tanpa pertimbangan yang matang.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa quarter-life crisis disebabkan karena kurangnya sikap bijak dalam menghadapi adanya keinginan eksplorasi yang tinggi, ketidakstabilan, self focus, dan juga adanya feeling in between. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi quarter-life crisis adalah dengan mengenal diri sendiri, mengeksplorasi hal baru sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan menemukan sebuah solusi. Mengenal diri sendiri bisa dimulai dengan cara self talk dan juga mulai menerima perasaan yang sedang dirasakan. ketika merasa cemas, it’s okay rasa cemas hadir untuk membuat seseorang berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Namun, ketika rasa cemas itu berlebihan yakinkan pada diri sendiri bahwa rasa cemas yang berlebihan itu tidak akan sehat untuk diri kita, maka yang perlu dilakukan adalah mencari sebuah solusi nyata sehingga rasa cemas teratasi dan kehidupan kembali berjalan dengan semestinya. Ketika seseorang mampu mengenal diri sendiri maka ia akan bisa menentukan batasan sehingga tidak timbul kebingungan. Selain itu, individu pada usia ini harus bisa memanfaatkan self focus agar menjadi kekuatan untuk dirinya. Fokus dengan dirinya sendiri akan mempermudah dalam mengaktualisasikan diri. Mengambil pesan positif dari pendapat orang lain dan membuang pendapat yang sekiranya adalah toxic untuk kehidupan yang sedang kita dijalani. Jika tetap merasa kesulitan dalam menghadapi permasalahan jangan ragu untuk menghubungi seseorang yang profesional dibidangnya.

Hopefully this article can help you guys to have a healthy life.

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. 2012. Perkembangan Masa Hidup. Mcgraw-Hill, penerjemah.Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Life-Span Development.

Habibie, A., Syakarofath, N. A., & Anwar, Z. (2019). Peran Religiusitas terhadap Quarter-Life Crisis (QLC) pada Mahasiswa. Gadjah Mada Journal Of Psychology, 5 (2), hal 129-138. Diakses dari https://jurnal.ugm.ac.id/gamajop DOI: 10.22146/gamajop.48948

Leave a comment